Berpikir
Induktif
Induksi adalah cara mempelajari sesuatu yang bertolak dari
hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukum yang umum. Induksi
merupakan cara berpikir dimana ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum dari
berbagai kasus yang bersifat individual. Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai ruang lingkup yang
khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan
yang bersifat umum (filsafat ilmu.hal 48
Jujun.S.Suriasumantri Pustaka Sinar Harapan. 2005)
Berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam
berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan
difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti.
Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.
Jalan induksi mengambil jalan
tengah, yakni di antara jalan yang memeriksa cuma satu bukti saja dan jalan
yang menghitung lebih dari satu, tetapi boleh dihitung semuanya satu persatu.
Induksi mengandaikan, bahwa karena beberapa (tiada semuanya) di antara bukti
yang diperiksanya itu benar, maka sekalian bukti lain yang sekawan, sekelas
dengan dia benar pula.
Penalaran ilmiah pada hakikatnya
merupakan gabungan dari penalaran deduktif dan induktif. Dimana lebih lanjut
penalaran deduktif terkait dengan rasionalisme dan penalaran induktif dengan
empirisme. Secara rasional ilmu menyusun pengetahuannya secara konsisten dan
kumulatif, sedangkan secara empiris ilmu memisahkan antara pengetahuan yang
sesuai fakta dengan yang tidak. Karena itu sebelum teruji kebenarannya secara
empiris semua penjelasan rasional yang diajukan statusnya hanyalah bersifat
sementara, Penjelasan sementara ini biasanya disebut hipotesis.
Hipotesis ini pada dasarnya disusun
secara deduktif dengan mengambil premis-premis dari pengetahuan ilmiah yang
sudah diketahui sebelumnya, kemudian pada tahap pengujian hipotesis proses
induksi mulai memegang peranan di mana dikumpulkan fakta-fakta empiris untuk
menilai apakah suatu hipotesis di dukung fakta atau tidak. Sehingga kemudian
hipotesis tersebut dapat diterima atau ditolak.
- PENALARAN INDUKTIF
Penalaran induktif adalah proses
penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum
berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi.
Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan
antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji
secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara.
Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan
umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh : Sejak suaminya meninggal
dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke
dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk
membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama
tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih
kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk
di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok)
Beberapa bentuk penalaran induktif
adalah sebagai berikut.
- Generalisasi
Generalisasi ialah proses
penalaranyang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu
untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data,
kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.” Hal ini
dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan
gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai.
benar atau tidak benarnya dari
generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.
1) Data
itu harus memadai jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar
simpulan yang diperoleh.
2)
Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan
simpulan yang benar.
3)
Pengecualian perlu diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus
tidak dapat dijadikan data.
- Macam – macam generalisasi
- 1) Generalisasi sempurna
Adalah generalisasi dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penimpulan diselidiki. Generalisasi macam ini
memberikan kesimpilan amat kuat dan tidak dapat diserang. Tetapi tetap saja
yang belum diselidiki.
- 2) Generalisasi tidak sempurana
Adalah generalisasi berdasarkan
sebagian fenomena untuk mendapatkakn kesimpulan yang berlaku bagi fenomena
sejenis yang belum diselidiki.
- Analogi
Analogi adalah cara penarikan
penalaran secara membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:
Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat menjalankan tugasnya
dengan baik.
Ali adalah lulusan akademi A.
Oleh sebab itu, Ali dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi
adalah sebagai berikut.
1)
Analogi dilakukan untuk meramalkan sesuatu.
2)
Analogi diakukan untuk menyingkapkan kekeliruan.
3)
Analogi digunakan untuk menyusun klasifikasi.
- Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah penalaran
yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Misalnya, tombol
ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan kita sehari-hari, hubungan
kausal ini sering kita temukan. Hujan turun dan jalan-jalan becek. Ia kena
penyakit kanker darah dan meninggal dunia. Dalam kaitannya dengan hubungan
kausal ini, tiga hubungan antarmasalah, yaitu sebagai berikut.
- Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini berpola A
menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A menyebabkan B,
C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap penyebab
kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya dengan hubungan
kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk mendapatkan simpulan
penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang tidak jelas terhadap
sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah mangga terjatuh dari
batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan penyebabnya. Mungkin
mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan mungkin pula dilempari
anak-anak. Pastilah sakah satu kemungkinana itu yang menjadi penyebabnya.
- Akibat-Sebab
Akibat-Sebab ini dapat kita lihat
pada peristiwa seseorang yang pergi kedokter. Ke dokter merupakan akibat dan
sakit merupakan sebab, jadi mirip dengan entimen. Akan tetapi, dalam penalaran
jenis akibat-sebab ini, peristiwa sebab merupakan simpulan.
- Akibat-Akibat
Akibat-akibat adalah suatu penalaran
yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat” langsung disimpulkan pada
suatu “akibat” yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.
Ketika pulang dari pasar, Ibu Sonya
melihat tanah di halamannya becek. Ibu langsung menyimpulkan bahwa kain jemuran
di belakang rumahnya pasti basah.
Dalam kasus itu penyebabnya tidak
ditampilkan, yaitu hari hujan. Pola itu dapat dilihat seperti berikut ini.
Hujan
menyebabkan tanah becek
(A)
(B)
Hujan
menyebabkan kain jemuran basah
(A)
(C)
Dalam proses penalaran
“akibat-akibat”, peristiwa tanah becek (B) merupakan data, dan peristitwa kain
jemuran basah (C) merupakan simpulan
Jadi, karena tanah becek, pasti kain
jemuran basah.
Daftar Pustaka
- Arifin, E Zaenal dan Tasai, S Amran. 2006. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika Pressindo.
- Tukan, P. 2006. Mahir Berbahasa Indonesia. Jakarta: PT. Ghalia Indonesia.
- Tatang, Atep et all. 2009. Bahasa Indonesiaku Bahasa Negeriku 3. Solo: PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
- http://taufiqrachmanug25.blogspot.com/2011/10/penalaran-deduktif-dan-induktif.html
- http://rezadnk.wordpress.com/2011/03/12/tugas-softskill-bhs-indonesia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar