Senin, 20 Juni 2016



TUGAS 4
KARANGAN FIKSI

Yaya adalah seorang gadis riang dan jenaka. Ia cerdas juga berbudi pekerti mulia. Ia anak semata wayang dari pasangan yang sangat harmonis. Kehidupannya adalah dambaan gadis sebayanya. Parasnya cantik dan selalu dipuja-puja para lelaki. Ia adalah sosok sempurna yang menjadi idola orang-orang disekitarnya. Sehari-hari Yaya bekerja sebagai bidan di kampungnya. Ia membuka praktik mandiri di rumahnya. Ia jarang menerima uang sebagai bayaran atas jasanya mengobati dan membantu melahirkan ibu-ibu di kampung itu. Niatnya yang sungguh mulia sebagai tenaga kesehatan tak diragukan lagi. Kadang kala, penduduk kampung membawakannya sayuran atau buah-buahan hasil panen sebagai rasa terimakasih mereka. Sosoknya yang mulia dan sempurna itu membuat hati para pemuda tak bisa menahan diri untuk melamarnya. Sudah banyak pemuda kampung yang ditolaknya dengan alasan bahwa Yaya belum siap menikah dan masih ingin memberikan waktunya lebih lama lagi sebagai sukarelawan kesehatan di kampung itu.
Suatu hari, ibunda Yaya menasehati Yaya untuk segera menikah karena usianya pada saat itu sudah memasuki 27 tahun. Yaya bingung dan merasakan dilemma. Jauh di lubuk hati nya yang paling dalam ia sangat ingin mewujudkan keinginan orang tuanya, namun di sisi lain belum ada pria yang ia anggap sesuai dengan yang ia harapkan. Yaya berjanji pada ibunya bahwa ia akan segera menikah apabila telah bertemu dengan sosok yang ia rasa mampu menjadi pemimpinnya.
Seminggu kemudian, Yaya pergi ke kota untuk membeli stok obat-obatan di sebuah apotek besar. Ia duduk dengan tenang menunggu nomor antriannya mendapat giliran menerima obat yang telah dipesannya. Untuk menghilangkan rasa bosan, akhirnya ia membaca majalah dan Koran yang tersedia di atas meja. Lalu, ada seorang pria yang duduk di sebelahnya. Ia berkata bahwa wajah Yaya tidak asing, seperti ia pernah melihat Yaya di suatu tempat. Namun Yaya tidak mengenali pria itu barang sedikitpun. Yaya bertanya-tanya dalam hati tentang siapa gerangan pria itu. Akhirnya mereka berbincang dan di tengah perbincangan, sang pria menyadari suatu hal bahwa ia pernah melihat Yaya menjadi bintang tamu di salah satu stasiun TV swasta setahun silam. Sang pria sangat hafal dengan Yaya karena baginya Yaya adalah sosok yang sangat menginspirasi anak muda. Kemudian mereka bertukar kartu nama dan pria itu pergi setelah mendapat telpon.
Yaya membaca kartu nama yang diberi oleh sang pria dan dia terkejut bahwa pria yang baru saja ia ajak bicara barusan adalah seorang dokter bedah syaraf. Kini giliran Yaya yang terkagum-kagum dengan sosok pria itu. Perkenalan singkat itu hanya terjadi begitu saja. Tidak ada kontak melalui telepon ataupun pesan singkat. Tak ada pula surat elektronik yang masuk ke akunnya. Ketika Yaya sudah lupa dengan sosok dokter muda dan tampan itu, tiba-tiba muncul pesan singkat dari dokter tersebut yang mengatakan ingin berkunjung ke kampung dimana Yaya tinggal dan bekerja. Dengan senyum bahagia, Yaya mengizinkannya.
Tepat hari Minggu, dokter muda dan tampan itu datang dengan beberapa mobil. Hal tersebut cukup membuat Yaya dan keduanya heran dan menerka-nerka siapakah yang berkunjung dengan membawa mobil seramai itu. Mereka berpikir bahwa ada kunjungan dari pemerintah dan pejabat Negara yang ingin melakukan survey di kampung mereka. Terkejutlah Yaya ketika melihat sanga dokter muda turun dari mobilnya membawa kedua orang tua dan cukup banyak anggota keluarga. Setelah mereka masuk rumah dan berbincang, diketahuilah bahwa dokter muda bedah syaraf tersebut datang dengan maksud meminang Yaya. Kaget dan gembira menyelimuti hati Yaya. Tentu saja itu juga terpancar dari kedua mata orang tua Yaya. Momen yang ditunggu datang juga ketika anak semata wayangnya itu berucap bersedia untuk menikah. Wajah kedua orang tua sang pria pun tampak lega. Suasana menjadi haru bahagia. Acara pernikahanpun dilaksanakan 2 minggu setelah pelamaran tersebut.





TUGAS 3
Karangan tentang paragraf deduktif dan induktif

Paragraf Deduktif

Buah ataupun sayuran banyak mengandung vitamin yang berguna untuk kesehatan tubuh. salah satunya adalah vitamin A yang terkandung pada sayuran wortel, yang berfungsi untuk kesehatan penglihatan. Vitamin A juga menjaga kesehatan sel pada berbagai macam struktur mata dan diperlukan untuk transfer cahaya menjadi tanda-tanda syaraf di retina. kemudian kandungan vitamin yang terkandung dalam buah adalah vitamin B kompleks. vitamin B kompleks berfungsi untuk membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat serta berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker. lalu dalam buah juga terkandung vitamin C yang berguna untuk membantu imunitas. vitamin C merupakan senyawa penting yang diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Imunitas atau daya tahan tubuh kita dapat menurun saat kita banyak beraktifitas tanpa disertai pola makan yang sehat dan teratur. Daya tahan tubuh yang terganggu juga diakibatkan oleh serangan radikal bebas berupa polusi udara dari asap kendaraan bermotor dan asap rokok. Radikal bebas akan membuat sel-sel tubuh kita mudah rusak dan tidak mampu berfungsi dengan baik.

Paragraf Induktif

Vitamin A berfungsi untuk kesehatan penglihatan. Vitamin A juga menjaga kesehatan sel pada berbagai macam struktur mata dan diperlukan untuk transfer cahaya menjadi tanda-tanda syaraf di retina. kemudian kandungan vitamin yang terkandung dalam buah adalah vitamin B kompleks. vitamin B kompleks berfungsi untuk membantu sel tubuh menghasilkan energi, kesehatan jantung serta metabolisme karbohidrat serta berfungsi melindungi tubuh dari penyakit kanker. lalu dalam buah juga terkandung vitamin C yang berguna untuk membantu imunitas. vitamin C merupakan senyawa penting yang diperlukan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Imunitas atau daya tahan tubuh kita dapat menurun saat kita banyak beraktifitas tanpa disertai pola makan yang sehat dan teratur. Daya tahan tubuh yang terganggu juga diakibatkan oleh serangan radikal bebas berupa polusi udara dari asap kendaraan bermotor dan asap rokok. Radikal bebas akan membuat sel-sel tubuh kita mudah rusak dan tidak mampu berfungsi dengan baik. itulah beberapa macam vitamin yang terkandung dalam buah berikut manfaatnya.






TUGAS 2
SILOGISME

Untuk menarik kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan dengan silogisme dan entimem.

1. Silogisme
Silogisme bersumber dari satu pernyataan yang bersifat umum dan satu pernyataan yang bersifat khusus. Pernyataan yang bersifat umum disebut premis mayor atau premis umum, dan pernyataan yang bersifat khusus disebut premis minor atau premis khusus. Dengan dasar dua premis itu dihasilkan kesimpulan yang logis dan sah.

Unsur-unsur yang terdapat dalam silogisme adalah :

1. Premis Umum (= Premis mayor); menyatakan bahwa semua anggota golongan tertentu. ( = semua A) memiliki sifat atau hal tertentu ( = B)
2. Premis Khusus ( = premis minor ) ; menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang (= C) adalah anggota golongan tertentu itu (=A)
3. Simpulan; menyatakan bahwa sesuatu atau seseorang itu (= C) memiliki sifat atau hal yang tersebut pada B ( = B)

Contoh :
Premis Umum : Semua mobil diesel mempergunakan bahan bakar solar
Premis Khusus : Daitsu Taft termasuk mobil diesel.
Kesimpulan : Daitsu Taft menggunakan bahan bakar solar.



Dari ketentuan di atas dapat kita simpulkan bahwa ciri silogisme golongan atau kategorial adalah bahwa salah satu premis merupakan anggota premis yang lain.












Ada beberapa syarat untuk menemukan sah tidaknya kesimpulan silogisme yaitu :
1. Silogisme sah jika ia memiliki tiga proposisi, yakni premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
2. Sebuah silogisme tidak dapat ditarik kesimpulan dari dua premis yang bersifat khusus, misalnya :
PK = Solar lebih murah harganya daripada bensin.
PK = Bensin adalah bahan bakar.
K = Bahan bakar lebih murah harganya daripada bensin ?
3. Jika dua premis bersifat negatif, kesimpulan yang diketengahkan tidak logis dan tidak sah, misalnya :
PU = Semua kendaraan beroda dua tidak beratap.
PK = Pak Udin sopir
K = Jadi sedan …? (tidak sah)
4. Jika satu premis bersifat negatif dan khusus, maka kesimpulan harus bersifat negatif dan khusus, misalnya :
PU = Semua sopir tidak boleh mengantuk.
PK = Pak Udin sopir
K = Jadi, Pak Udin tidak boleh mengantuk.
5. Jika premis mayor hanya menyebutkan beberapa anggota golongan kesimpulan tidak sah, contoh :
PU = Beberapa pengemudi bus suka melanggar tata tertib lalulintas.
PK = Pak Husen pengemudi bus.
K = Pak Husen suka melanggar tata tertib lalulintas.(?)

2. Silogisme negatif
Apabila salah satu premis dalam silogisme bersifat negatif, maka simpulannya pun akan bersifat negatif. Biasanya dipakai kata tidak atau bukan
Contoh :
1) PU = Semua penderita penyakit gula tidak boleh banyak makan tepung-tepungan.
PK = Paman penderita penyakit gula.
K = Jadi, paman tidak boleh banyak makan tepung-tepungan.

2) PU = Siswa yang baik selalu mengerjakan pekerjaan rumah.
PK = Asep bukan siswa yang baik
K = Asep tidak pernah mengerjakan pekerjaan rumah



1. Entimem
Entimem adalah silogisme yang diperpendek. Misalnya, berdasarkan contoh silogisme berikut dapat dibuat sebuah entimem.


Contoh :
PU : Semua mobil diesel mempergunakan bahan bakar solar.
PK : Daihatsu Taft termasuk mobl diesel.
K : Daihatsu Taft menggunakan bahan bakar solar.
Entimem : Daihatsu Taft menggunakan bahan bakar solar karena ia mobil diesel

PU : Pegawai yang baik tidak pernah datang terlambat
PK : Nyoman pegawai yang baik.
K : Nyoman tidak pernah datang terlambat
Entimem : Nyoman tidak pernah dating terlambat karena ia pegawai yang baik.
Dalam contoh di atas kita mulai dengan silogisme, kemudian memperpendeknya, dan terjadilah entimem. Tetapi jika diberikan entimem, kita dapat mengembalikannya menjadi silogisme.
Contoh :
Istiana harus belajar dengan keras karena ia (siswa yang ) ingin diterima di perguruan tinggi negeri.

C = Istiana
B = Harus belajar dengan keras
A = (Siswa yang ) ingin diterima di perguruan tinggi negeri.

Silogisme :
PU = Semua siswa yang ingin diterima di perguruan tinggi negeri, harus belajar dengan keras.
PK = Istiana siswa yang ingin diterima di perguruan tinggi negeri.
K = Istiana harus belajar dengan keras.






TUGAS 1
PENALARAN

1.   Pengertian Penalaran
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu deduktif dan induktif.

2.   Proposisi
Proposisi adalah istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan, disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Dalam ilmu logika, proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
1. Subyek, perkara yang disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
2. Predikat adalah perkara yang dinyatakan dalam subjek.
3. Kopula adalah kata yang menghubungkan subjek dan predikat.
Contohnya kalimat Semua manusia adalah fana. Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.
Jenis-jenis proposisi :
1. Bentuk
2. Sifat
3. Kualitas
4. Kuantitas

1. Bentuk
Dibagi menjadi 2, yaitu :
– Tunggal : kalimat yang terdiri dari 1 subjek dan 1 predikat
contoh :
Semua ibu menghasilkan asi
– Majemuk : Kalimat Proporsisi yang terdiri dari 1 subjek dan lebih dari 1 predikat
contoh :
Semua orang yang ingin masuk surga maka harus rajin beribadah dan berbuat baik kepada sesama
2. Sifat
Dibagi menjadi 3, yaitu :
– Kategorial : proporsisi hubungan antara subjek dan predikatnya tidak ada syarat apapun
contoh : Semua kambing adalah herbivora.
– Kondisional : proporsisi yang hubungannya subjek dan predikat membutuhkan persyaratan tertentu. Biasanya diawali :jika, apabila, walaupun, seandainya
contoh : jika susi wanita maka akan menikah dengan rudi
~kondisional dibagi menjadi 2, yaitu :– Hipotesis yaitu dugaan yang bersifat sementara.
Contoh : Jika susi rajin belajar maka dia akan pintar.
– Disjungtif yaitu memiliki 2 predikat dan predikatnya alternatif.
contoh : Wanita itu sudah menikah apa belum.
3. Kualitas
Yang terdiri dari :
– Afirmatif (+) : proporsisi dimana predikatnya membenarkan subjek
contoh : Semua kucing pasti mempunyai ekor
– Negatif (-) : proporsisi dimana predikatnya menolak subjek
contoh : Tidak ada kucing yang tidak memiliki ekor
4. Kuantitas / Proporsisi Universal : proposisi yang predikatnya mendukung atau mengingkari subjeknya
contoh : Tidak ada satupun mahasiswa yang tidak memiliki NPM.

3.   Inferensi dan Implikasi
1.    Pengertian inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang diinginkan oleh saorang penulis (pembicara).  Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi. Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis. Inferensi terbagi menjadi 2, diantaranya Inferensi langsung dan Inferensi tidak langsung.
a. Inferensi Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh:         
“Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
b. Inferensi Tidak Langsung
Inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A :       Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B :    Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa. Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C :       Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek komplit.
Contoh yang lain :
A :       Saya melihat ke dalam kamar itu.
B :       Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai missing link diberikan inferensi, misalnya:
C:        kamar itu memiliki plafon.
2.    Implikasi
Implikasi diwujudkan dengan pernyataan “jika-maka” atau juga “if-then“. Implikasi adalah suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah ketika sebab bernilai benar DAN akibat bernilai salah. Untuk lebih jelasnya kita lihat tabel kebenaran berikut:
Tetapi kita harus ingat kalau “jika A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi hanyalah berjalan satu arah saja.
Contoh:
“Jika lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”
kalimat diatas tidak akan sama dengan :
“Jika kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah menyala”

4.    Wujud Evidensi
Wujud evidensi Adalah semua fakta yang ada, yang dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat dihindarkan.
Kita mungkin mengartikannya sebagai "cara bagaimana kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi akal". Misal Mr.A mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan "fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi terhadap keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai "kepastian", Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai ruang di mana saya duduk, "Ada tiga jendela di dalam ruang ini," persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.

5.    Cara menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian tersebut.
1.    Observasi
2.    Kesaksian
3.    Autoritas

6.    Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1.      Konsistensi
2.      Koherensi

7.    Cara menilai autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan

B.   BERFIKIR DEDUKTIF
Penalaran Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit. Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan   (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status social.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula dilakukan secara tak langsung.
1.    Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
a.     Semua S adalah P. (premis)
Sebagian  P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah dingin. (premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
b.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
c.     Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
d.    Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah bukan singa. (simpulan)
e.    Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai. (premis)
Tak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pu yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)

2.    Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuanyang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
A.    Silogisme Kategorial
Yang dimaksud dengan kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah bijaksana.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia. Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Aturan umum silogisme kategorial adalah sebagai berikut.

a.    Silogisme harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
Contoh:
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe adalah seorang atlet.
Xantipe harus giat berlatih.
Term mayor            =          Xantipe.
Term minor =          harus giat berlatih.
Term penengah       =          atlet.
Kalau lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.

Dalam premis ini terdapat empat term yaitu gambar, menempel di dinding, dan dinding menempel ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik kesimpulan.
b. Silogisme terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
c. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d. Bilah salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua gajah berbelalai.
Jadi, tidak seekor singa pun berbelalai.
e.  Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh:
f.     Dari dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g.    Bila salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
h.    Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak ada simpulan)

B.    Silogisme Hipotesis
Silogisme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membernarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulan juga menolak konsekuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
C.    Silogisme Alterntif
Silogisme alternatif adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan seorang profesor.
Dia adalah seorang kiai atau profesor.
Dia bukan seorang kiai.
Jadi, dia seorang profesor.
D.    Entimen
Sebenarnya silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.       
Beberapa contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme.

C.   BERFIKIR INDUKTIF
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum. 
Contoh : Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok)
Beberapa bentuk penalaran induktif adalah sebagai berikut.

1. Generalisasi
Generalisasi adalah proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum

Contoh :
  • Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
  • Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi: Semua bintang sinetron berparas cantik.

Pernyataan "semua bintang sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang iklan, tetapi tidak berparas cantik.

2. Hipotesa dan Teori
Hipotesis atau hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti. Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya disebut teori.
Pernyataan hubungan antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang diturunkan dari teori.
Agar teori yang digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel. Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis

3. Analogi
Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan pula dalam bidang lain.

Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Contoh :

· Pada kata dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.

· Arief seorang alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh sebab itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja di perusahaan pak Subur.

4. Hubungan Kausalitas
Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola hubungan sebab-akibat.. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi variabel yang lain (dependen).
Contoh :

· Hubungan kepandaian dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).

· Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.

5. Induksi Dalam Metode Eksposisi

Eksposisi adalah salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian lazim disebut paparan proses.

Langkah menyusun eksposisi:
• Menentukan topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan kerangka menjadi karangan eksposisi.