TUGAS 1
PENALARAN
1. Pengertian
Penalaran
Penalaran adalah
proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang
menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang
sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan
sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan
sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang
disebut menalar. Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu deduktif dan induktif.
2. Proposisi
Proposisi adalah
istilah yang digunakan untuk kalimat pernyataan yang memiliki arti penuh dan
utuh. Hal ini berarti suatu kalimat harus dapat dipercaya, disangsikan,
disangkal, atau dibuktikan benar tidaknya. Singkatnya, proposisi adalah pernyataan
mengenai hal-hal yang dapat dinilai benar atau salah.
Dalam ilmu logika,
proposisi mempunyai tiga unsur yakni:
1. Subyek, perkara
yang disebutkan adalah terdiri dari orang, benda, tempat, atau perkara.
2. Predikat adalah
perkara yang dinyatakan dalam subjek.
3. Kopula adalah kata
yang menghubungkan subjek dan predikat.
Contohnya kalimat
Semua manusia adalah fana. Kata semua dalam kalimat tersebut dinamakan dengan
pembilang. Kemudian kata manusia berkedudukan sebagai subyek, sedang adalah
merupakan kopula. Adapun predikat di sini diwakili oleh kata fana.
Jenis-jenis proposisi
:
1. Bentuk
2. Sifat
3. Kualitas
4. Kuantitas
1. Bentuk
Dibagi menjadi 2,
yaitu :
– Tunggal : kalimat
yang terdiri dari 1 subjek dan 1 predikat
contoh :
Semua ibu
menghasilkan asi
– Majemuk : Kalimat
Proporsisi yang terdiri dari 1 subjek dan lebih dari 1 predikat
contoh :
Semua orang yang
ingin masuk surga maka harus rajin beribadah dan berbuat baik kepada sesama
2. Sifat
Dibagi menjadi 3,
yaitu :
– Kategorial :
proporsisi hubungan antara subjek dan predikatnya tidak ada syarat apapun
contoh : Semua
kambing adalah herbivora.
– Kondisional :
proporsisi yang hubungannya subjek dan predikat membutuhkan persyaratan
tertentu. Biasanya diawali :jika, apabila, walaupun, seandainya
contoh : jika susi
wanita maka akan menikah dengan rudi
~kondisional dibagi
menjadi 2, yaitu :– Hipotesis yaitu dugaan yang bersifat sementara.
Contoh : Jika susi
rajin belajar maka dia akan pintar.
– Disjungtif yaitu
memiliki 2 predikat dan predikatnya alternatif.
contoh : Wanita itu
sudah menikah apa belum.
3. Kualitas
Yang terdiri dari :
– Afirmatif (+) :
proporsisi dimana predikatnya membenarkan subjek
contoh : Semua kucing
pasti mempunyai ekor
– Negatif (-) :
proporsisi dimana predikatnya menolak subjek
contoh : Tidak ada
kucing yang tidak memiliki ekor
4. Kuantitas /
Proporsisi Universal : proposisi yang predikatnya mendukung atau mengingkari
subjeknya
contoh : Tidak ada
satupun mahasiswa yang tidak memiliki NPM.
3. Inferensi
dan Implikasi
1. Pengertian
inferensi yang umum ialah proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk
melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) samapai pada yang
diinginkan oleh saorang penulis (pembicara). Inferensi atau kesimpulan
sering harus dibuat sendiri oleh pendengar atau pembicara karena dia tidak
mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/penulis.
Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran
pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama
sekali. Apabila ini terjadi maka pendengar harus membuat inferensi lagi.
Inferensi terjadi jika proses yang harus dilakukan oleh pendengar atau pembaca
untuk memahami makna yang secara harfiah tidak terdapat pada tuturan yang
diungkapkan oleh pembicara atau penulis. Pendengar atau pembaca dituntut untuk
mampu memahami informasi (maksud) pembicara atau penulis. Inferensi terbagi
menjadi 2, diantaranya Inferensi langsung dan Inferensi tidak langsung.
a. Inferensi Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk
penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari
premisnya.
Contoh:
“Bu, besok temanku
berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru,
kadonya lagi belum ada”.
Maka
inferensi dari ungkapan tersebut: bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temanya.
b. Inferensi Tidak
Langsung
Inferensi yang
kesimpulannya ditarik dari dua / lebih premis. Proses akal budi membentuk
sebuah proposisi baru atas dasar penggabungan proposisi-preposisi lama.
Contoh:
A
: Anak-anak begitu gembira ketika ibu
memberikan bekal makanan.
B
: Sayang gudegnya agak sedikit saya bawa. Inferensi yang
menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya (C) berikut ini.
C
: Bekal yang dibawa ibu lauknya gudek
komplit.
Contoh
yang lain :
A
: Saya melihat ke dalam kamar itu.
B
: Plafonnya sangat tinggi.
Sebagai
missing link diberikan inferensi, misalnya:
C:
kamar itu memiliki plafon.
2. Implikasi
Implikasi diwujudkan dengan pernyataan “jika-maka”
atau juga “if-then“. Implikasi adalah suatu pernyataan logika yang hanya akan
bernilai salah ketika sebab bernilai benar DAN akibat bernilai salah. Untuk
lebih jelasnya kita lihat tabel kebenaran berikut:
Tetapi kita harus ingat kalau “jika A maka B”
tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi hanyalah berjalan satu
arah saja.
Contoh:
“Jika lampu merah menyala maka kendaraan bermotor
akan berhenti”
kalimat diatas tidak akan sama dengan :
“Jika kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah
menyala”
4. Wujud
Evidensi
Wujud evidensi Adalah semua fakta yang ada, yang
dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil
pengukuan dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena.
Evidensi sering juga disebut bukti empiris. Akan tetapi pengertian evidensi ini
sulit untuk ditentukan secara pasti, meskipun petunjuk kepadanya tidak dapat
dihindarkan.
Kita mungkin mengartikannya sebagai "cara
bagaimana kenyataan hadir" atau perwujudan dari ada bagi akal". Misal
Mr.A mengatakan "Dengan pasti ada 301.614 ikan di bengawan solo", apa
komentar kita ? Tentu saja kita tidak hanya mengangguk dan mengatakan
"fakta yang menarik". Kita akan mengernyitkan dahi terhadap
keberanian orang itu untuk berkata demikian.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan
sebagai "kepastian", Tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat
di kesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang
persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan
kita mengapa ? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah
tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan
tersebut.
Sebaliknya, kalau seorang mengatakan mengenai
ruang di mana saya duduk, "Ada tiga jendela di dalam ruang ini,"
persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini evidensi
yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah. Evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang di maksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang di peroleh dari suatu sumber tertentu.
5. Cara
menguji data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran
harus merupakan fakta. Oleh karena itu perlu diadakan pengujian melalui
cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan
sebagai evidensi. Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk
pengujian tersebut.
1. Observasi
2. Kesaksian
3. Autoritas
6. Cara
menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang
kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian. Penilaian
tersebut baru merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakitan
bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus
mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat
digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.
1. Konsistensi
2. Koherensi
7. Cara
menilai autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghidari
semua desas-desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan
membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang
sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
1. Tidak mengandung prasangka
2. Pengalaman dan pendidikan autoritas
3. Kemashuran dan prestise
4. Koherensi dengan kemajuan
B. BERFIKIR
DEDUKTIF
Penalaran Deduktif
adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku khusus berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat umum. Proses
penalaran ini disebut Deduksi. Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara
deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal umum, menuku kepada hal-hal yang khusus
atau hal-hal yang lebih rendah proses pembentukan kesimpulan deduktif tersebut
dapat dimulai dari suatu dalil atau hukum menuju kepada hal-hal yang kongkrit.
Contoh : Masyarakat Indonesia konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan
arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari
media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi
sosial dan penanda status social.
Penarikan simpulan
(konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat pula
dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik
Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi)
secara langsung ditarik dari satu premis. Sebaliknya, konklusi yang ditarik
dari dua premis disebut simpulan taklangsung.
Misalnya:
a. Semua
S adalah P. (premis)
Sebagian P
adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua ikan berdarah
dingin. (premis)
Sebagian yang
berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
b. Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P
adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor nyamuk
pun adalah lalat. (premis)
Tidak seekor lalat
pun adalah nyamuk. (simpulan)
c. Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S
adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua rudal adalah
senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun rudal
adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
d. Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun
harimau adalah singa. (premis)
Semua harimau adalah
bukan singa. (simpulan)
e. Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S
adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P
adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah
berbelalai. (premis)
Tak satu pun gajah
adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pu yang
takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
2. Menarik
Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran deduksi
yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua premis
sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang
pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis
yang bersifat khusus.
Untuk menarik
simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan
dasar) yang bersifat pengetahuanyang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap
manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan
perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.
Beberapa jenis
penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak langsung sebagai berikut.
A. Silogisme
Kategorial
Yang dimaksud dengan
kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi
merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis yang bersifat
umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus disebut premis minor.
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term minor
dan predikat simpulan disebut term mayor.
Contoh:
Semua manusia
bijaksana.
Semua polisi adalah
bijaksana.
Jadi, semua polisi
bijaksana.
Untuk menghasilkan
simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan
premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia. Term
penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term
penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
Semua manusia tidak
bijaksana.
Semua kera bukan
manusia.
Jadi, (tidak ada
kesimpulan).
Aturan umum silogisme
kategorial adalah sebagai berikut.
a. Silogisme
harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
Contoh:
Semua atlet harus
giat berlatih.
Xantipe adalah
seorang atlet.
Xantipe harus giat
berlatih.
Term
mayor
= Xantipe.
Term minor
= harus giat berlatih.
Term
penengah
= atlet.
Kalau lebih dari tiga
term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel
di dinding.
Dinding itu menempel
di tiang.
Dalam premis ini
terdapat empat term yaitu gambar, menempel di dinding, dan dinding menempel
ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak dapat ditarik kesimpulan.
b. Silogisme terdiri
atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
c. Dua premis yang
negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan
ulat.
Tidak seekor ulat pun
adalah manusia.
d. Bilah salah satu
premisnya negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
Tidak seekor gajah
pun adalah singa.
Semua gajah
berbelalai.
Jadi, tidak seekor
singa pun berbelalai.
e. Dari premis
yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh:
f. Dari
dua premis yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
Sebagian orang jujur
adalah petani.
Sebagian pegawai
negeri adalah orang jujur.
Jadi, . . . (tidak
ada simpulan)
g. Bila
salah satu premis khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
Semua mahasiswa
adalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda
adalah mahasiswa.
Jadi, sebagian pemuda
adalah lulusan SLTA.
h. Dari
premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik satu
simpulan.
Contoh:
Beberapa manusia
adalah bijaksana.
Tidak seekor binatang
pun adalah manusia.
Jadi, . . . (tidak
ada simpulan)
B. Silogisme
Hipotesis
Silogisme hipotesis
adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor yang berproposisi kondisional
hipotesis.
Kalau premis minornya
membernarkan anteseden, simpulannya membenarkan konsekuen. Kalau premis
minornya menolak anteseden, simpulan juga menolak konsekuen.
Contoh:
Jika besi dipanaskan,
besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak
dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan
memuai.
C. Silogisme
Alterntif
Silogisme alternatif
adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternatif, simpulannya akan
menolak alternatif yang lain.
Contoh:
Dia adalah seorang
kiai atau profesor.
Dia seorang kiai.
Jadi, dia bukan
seorang profesor.
Dia adalah seorang
kiai atau profesor.
Dia bukan seorang
kiai.
Jadi, dia seorang
profesor.
D. Entimen
Sebenarnya silogisme
ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun
dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai premis
mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Semua sarjana adalah
orang cerdas.
Ali adalah seorang
sarjana.
Jadi, Ali adalah
orang cerdas.
Dari silogisme ini
dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah
seorang sarjana”.
Beberapa contoh
entimen:
Dia menerima hadiah
pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Dengan demikian,
silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah
menjadi silogisme.
C. BERFIKIR
INDUKTIF
Penalaran induktif
adalah proses penalaran untuk manarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang
berlaku umum berdasarkan fakta – fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut
Induksi. Penalaran induktif tekait dengan empirisme. Secara impirisme, ilmu
memisahkan antara semua pengetahuan yang sesuai fakta dan yang tidak. Sebelum
teruji secara empiris, semua penjelasan yang diajukan hanyalah bersifat
sementara. Penalaran induktif ini berpangkal pada empiris untuk menyusun suatu
penjelasan umum, teori atau kaedah yang berlaku umum.
Contoh : Sejak
suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad sering sakit. Setiap
bulan ia pergi ke dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya
semakin menipis untuk membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya
hidup sehari-hari bersama tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang
tertua dan adiknya masih kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan
yang nomor tiga masih duduk di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban
hidupnya. (Ide pokok)
Beberapa bentuk
penalaran induktif adalah sebagai berikut.
1. Generalisasi
Generalisasi adalah
proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum
Contoh :
- Tamara Bleszynski adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
- Nia Ramadhani adalah bintang iklan, dan ia berparas cantik.
Generalisasi:
Semua bintang sinetron berparas cantik.
Pernyataan
"semua bintang sinetron berparas cantik" hanya memiliki kebenaran
probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.
Contoh kesalahannya:
Omas juga bintang
iklan, tetapi tidak berparas cantik.
2. Hipotesa dan Teori
Hipotesis atau
hipotesa adalah jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga
karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Hipotesis ilmiah
mencoba mengutarakan jawaban sementara terhadap masalah yang kan diteliti.
Hipotesis menjadi teruji apabila semua gejala yang timbul tidak bertentangan
dengan hipotesis tersebut. Dalam upaya pembuktian hipotesis, peneliti dapat
saja dengan sengaja menimbulkan/ menciptakan suatu gejala. Kesengajaan ini
disebut percobaan atau eksperimen. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya
disebut teori.
Pernyataan hubungan
antara variabel, sebagaimana dirumuskan dalam hipotesis, merupakan hanya
merupakan dugaan sementara atas suatu masalah yang didasarkan pada hubungan
yang telah dijelaskan dalam kerangka teori yang digunakan untuk menjelaskan
masalah penelitian. Sebab, teori yang tepat akan menghasilkan hipotesis yang
tepat untuk digunakan sebagai jawaban sementara atas masalah yang diteliti atau
dipelajari dalam penelitian. Dalam penelitian kuantitatif peneliti menguji
suatu teori. Untuk meguji teori tersebut, peneliti menguji hipotesis yang
diturunkan dari teori.
Agar teori yang
digunakan sebagai dasar penyusunan hipotesis dapat diamati dan diukur dalam
kenyataan sebenarnya, teori tersebut harus dijabarkan ke dalam bentuk yang
nyata yang dapat diamati dan diukur. Cara yang umum digunakan ialah melalui
proses operasionalisasi, yaitu menurunkan tingkat keabstrakan suatu teori
menjadi tingkat yang lebih konkret yang menunjuk fenomena empiris atau ke dalam
bentuk proposisi yang dapat diamati atau dapat diukur. Proposisi yang dapat
diukur atau diamati adalah proposisi yang menyatakan hubungan antar-variabel.
Proposisi seperti inilah yang disebut sebagai hipotesis
3. Analogi
Analogi adalah cara
bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini
didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan
ada persamaan pula dalam bidang lain.
Analogi dalam ilmu
bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya
bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana
dalam analogi, pembentukan kata baru dari kata yang telah ada.
Contoh :
· Pada kata
dewa-dewi, putra-putri, pemuda-pemudi, dan karyawan-karyawati.
· Arief seorang
alumni SMUN 1 Tegal dapat diterima kerja di perusahaan Pak Subur. Oleh sebab
itu, Nani yang juga lulusan SMUN 1 Tegal pasti dapat pula diterima kerja di
perusahaan pak Subur.
4. Hubungan Kausalitas
Hubungan kausal
adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki
pola hubungan sebab-akibat.. Salah satu variabel (independen) mempengaruhi
variabel yang lain (dependen).
Contoh :
· Hubungan kepandaian
dengan kekayaan (Diasumsikan kepandaian membuat orang bisa kaya, dan sebaliknya
karena kaya orang mempunyai biaya untuk belajar sehingga pandai).
· Kemarin Badu tidak
masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli
obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.
5. Induksi Dalam
Metode Eksposisi
Eksposisi adalah
salah satu jenis pengembangan paragraf dalam penulisan yang dimana isinya
ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya
penulisan yang singkat, akurat, dan padat.
Karangan ini berisi
uraian atau penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi atau
pengetahuan tambahan bagi pembaca. Untuk memperjelas uraian, dapat dilengkapi
dengan grafik, gambar atau statistik. Sebagai catatan, tidak jarang eksposisi
ditemukan hanya berisi uraian tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi
demikian lazim disebut paparan proses.
Langkah menyusun
eksposisi:
• Menentukan
topik/tema
• Menetapkan tujuan
• Mengumpulkan data
dari berbagai sumber
• Menyusun kerangka
karangan sesuai dengan topik yang dipilih
• Mengembangkan
kerangka menjadi karangan eksposisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar